GELIAT ECOMASJID DI KOTA-KOTA DUNIA

centralmasjid1

Masjid memiliki peran yang penting dalam Islam. Selain menjadi tempat suci untuk beribadah, seperti sholat dan mengaji, masjid juga menjadi pusat pengetahuan dan informasi, serta ruang sosial bagi umat Islam untuk menguatkan tali silaturahmi.

Mengingat pentingnya peranan tersebut, kini banyak masjid yang dibangun dan direnovasi dengan menggunakan konsep “ecomasjid atau “greemosque”. Konsep ini  bertujuan untuk menjadikan masjid sebagai rumah ibadah yang yang ramah lingkungan dengan menerapkan prinsip-prinsip yang Islami; seperti manfaat yang berkelanjutan, efisien dan tidak berlebih-lebihan, indah, serta memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk merapkan prinsip ecomasjid tersebut, mulai dari desain ruang dan bangunan yang lebih efisien, lebih fungsional sehingga lebih hemat dalam penggunaan listrik, lampu ataupun alat pemanas/pendingin ruangan. Tersedianya ruang terbuka dan hijau yang memberi kenyamanan baik bagi jamaah maupun makluk hidup yang lain. Dan, ada pula sistem pengelolaan air dan sanitasi yang terintegrasi, serta penggunaan energi terbarukan yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

Majalah Aramcoworld  edisi Juli/Agustus 2020 menyajikan artikel tentang konsep masjid ramah lingkungan kini mulai menggeliat di beberapa kota dunia. Berikut ini adalah ringkasan artikel tersebut, dan ternyata ada juga masjid di Indonesia yang telah menerapkan konsep ecomasjid. Silahkan disimak.

  1. Amman, Yordania

Di sebelah Barat Laut kota Amman, Yordania tepatnya di kota Tlaa al-Ali berdiri masjid Abu Ghuweileh.  Masjid  Masjid ini selalu digunakan untuk kegiatan sholat shubuh hingga Isya, dan selalu dibuka pada musim dingin atau musim panas. Masjid ini dapat menampung sekitar 6.500 jamaah saat sholat Jum’at tiba.

Itu sebabnya, listrik menjadi kebutuhan yang penting, baik untuk penerangan dan perlengkapan alat elektronik lainnya, termasuk alat penyejuk dan penghangat ruangan. Setiap bulan pengurus masjid harus mengeluarkan biaya sekitar US$ 1.400 atau Rp. 20.600.000 hanya untuk tagihan listrik.

masjidAmman

Di tahun 2013 Abu Ghuweileh menjadi masjid pertama di Yordania yang menggunakan Solar PV. Teknologi ini  memanfaatkan cahaya matahari menjadi sumber energi listrik. Program listrik surya untuk masjid adalah program yang diperkenalkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang membentuk dana untuk energi terbarukan. Ada 6.500 masjid yang mendapatkan bantuan program ini.

Sebanyak 108 panel surya dipasang di atap masjid Ghuweileh. Lampu-lampu  diganti dengan lampu LED yang lebih efisien dan penggunaan air wudhu diatur sehingga lebih hemat. Kini semua kebutuhan listrik kini terpenuhi dari energi matahari. Lebih bersih dan lebih banyak manfaatnya, namun buat pengurus masjid tentu manfaat ekonomi yang sangat terasa, karena mereka sekarang tidak perlu lagi membayar tagihan tagihan listrik.

  1. Rabat, Marrakesh, dan Casablanca di Maroko

Di kawasan Timur Tengah dan Afrika, Maroko dikenal sebagai negara yang lebih maju dalam pengembangan konservasi energi dan energi terbarukan. Negara ini tidak hanya menyiapkan kerangka kebijakan dan lembaga khusus yang mengurusi urusan energi, tetapi juga telah menyiapkan rencana aksi pengembangan energi terbarukan

Di tahun 2016, Kementerian Wakaf meluncurkan program energi terbarukan melalui pemasangan panel surya dan penggunaan lampu LED untuk 5.000 masjid yang dikelola pemerintah. Program ini bekerja sama dengan German international Gesellschaft fur Züsammenarbeit (giz) memberikan dukungan pendanaan untuk pemasangan panel surya hingga 70%, selain itu, ada pula kegiatan pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi para imam masjid ulama untuk mensosialisasikan pengetahuan mengenai energi terbarukan kepada para jamaah dan masyarakat luas.

centralmasjid5

Jika Anda sempat berkunjung ke Maroko, jangan lupa untuk mendatangani Masjid Jami’a Al Kutubiyah di kota Marrakesh. Masjid yang dibangun pada abad ke-12 ini juga telah menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi listriknya. Panel suryanya memang tidak terlihat di atas masjid, namun di depan jalan masjid Anda bisa melihat perangkat digital yang menunjukkan berapa banyak emisi karbon yang telah dikurangi.

Selain itu ada pula masjid Assouma di kota Rabat, dengan penggunaan panel surya, biaya tagihan listriknya kini telah berkurang hingga 80%. Dan di kota Cassablanca terdapat Masjid Hassan 11, masjid terbesar di benua Afrika yang mampu menampung jamaah hingga 100.000 orang. Masjid ini telah direnovasi dan dilengkapi dengan sistem energi terbarukan dan efisiensi energi.

  1. Sentul dan Jakarta di Indonesia

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, program ecomasjid telah diperkenalkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) di tahun 2011. Sebanyak 50 masjid di Indonesia berpartisipasi dalam program ini. Dan salah satu masjid yang memenuhi kriteria ecomasjid  adalah Masjis Az-Zikra yang terletak di Sentul, kawasan yang berjarak 45 km dari kota Jakarta.

centralmasjid3

Az-Zikra berada di kawasan pertanian, dan pendirinya-Almarhum Ust. Arifin Ilham serta pengurus masjid dikenal sebagai sosok yang dekat dengan kalangan universitas ataupun lembaga-lembaga yang bergerak di sektor pertanian.

Berkat dukungan teknis dari beberapa pihak pengurus masjid ini membangun sistem air dan sanitasi yang terintegrasi. Selain memasang 10 tanki air yang dapat menampung 50.000 liter air hujan untuk keperluan pertamanan, pengurus masjid juga membangun sistem pengelolaan air kotor dan limbah yang dikembangkan menjadi energi biogas untuk keperluan memasak.

Selain di Sentul, di kota Jakarta juga ada masjid Istiqlal. Ini adalah masjid terbesar di kawasan Asia Tenggara yang dapat menampung hingga 200.000 jamaah. Saat ini Istiqlal sedang direnovasi dan akan menggunakan konsep ecomasjid melalui pengelolaan air dan limbah dan pengggunaan energi terbarukan. Program ini diharapkan akan bisa mengurangi biaya listrik yang selama ini mencapai Rp.200 juta (US$ 13.000) setiap bulannya.

  1. Cambridge di Inggris

Di kota Cambridge di Inggris ada juga Masjid Utama (Central Mosque). Masjid yang baru selesai pembangunannya pada tahun 2019 lalu menjadi penanda keberadaan ecomasjid di kawasan Eropa.

Pilar masjid ini menggunakan bahan-bahan kayu yang berasal dari pohon cemara skandinavia. Bentuk bangunan masjid dirancang untuk dapat menampung sinar matahari secara maksimal

centralmasjid2

malam hari digantikan dengan sinar lampu LED. Langit-langit masjid didisain menyerupai bentuk bunga yang menandai kekayaan alam. Masjid ini  dilengkapi dengan pompa pemanas yang mengatur suhu lantai dan dinding menjadi lebih nyaman namun tidak boros energi.

Selain itu, di bagian atas masjid juga didesain tempat bagi burung dan lebah untuk bisa bersarang. Di halaman masjid juga tersedia tempat untuk pengisian mobil listrik dan areal parkir untuk 300 sepeda.

Jadi, selain cantik dan nyaman, masjid ini betul-betul dirancang untuk memberikan manfaat dan kenyamanan bagi semua makluk Allah.

Selain di kota-kota itu, ada pula masjid di Sterling dan Virginia di Amerika Serikat yang juga sudah menerapkan prinsip ecomasjid, silahkan dibuka link dan dibaca artikelnya pada majalah Aramcoworld.

LIHAT JUGA:

 

 

 

 

Bagikan Artikel

Recent Posts

NEWS & EVENTS

Membumikan Perjanjian Al-Mizan

Para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan muslim baru saja melahirkan Perjanjian Al-Mizan. Upaya menjaga masa depan bumi dan peradaban. Koran Tempo, Senin, 18 Maret 2024

Read More »