Isu Pemanasan Global Menjadi Fokus Dunia dalam Mengurangi Dampaknya

Jakarta – Isu pemanasan global saat ini menjadi perhatian utama bagi semua negara untuk berkomitmen dalam mengurangi dampak pemanasan global dalam semua aspek kehidupan. Tantangan perubahan iklim yang semakin ekstrem memerlukan tanggapan dan tanggung jawab dari semua umat manusia, termasuk umat Muslim di Indonesia. Salah satu upaya penanggulangan pemanasan global juga dapat dilakukan oleh jamaah perjalanan ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci.

Dalam diskusi bertema Menjadi Haji yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan di Hotel AONE pada Selasa 27 Juni 2023, Ketua PPI UNAS, Fachruddin Mangunjaya, menyatakan bahwa langkah-langkah berkelanjutan harus terus dilakukan agar pemanasan global yang menyebabkan perubahan cuaca ekstrim tidak semakin buruk. Menurutnya, penelitian menunjukkan bahwa suhu lingkungan diperkirakan akan naik sebesar 1,2 derajat Celsius setiap tahun. Jika perubahan iklim terus berlanjut, dalam 20 tahun ke depan, suhu saat ibadah haji dan umrah diperkirakan mencapai 70 derajat Celsius.

“Semua negara berjanji untuk memenuhi target penurunan emisi termasuk di Indonesia. Emisi dari batu bara dan pembakaran energi di bumi itu terangkut di atmosfer sehingga banyak panas matahari yang terperangkap. Kalau sampai di kondisi itu, kita tak akan mampu bertahan di luar. Rombongan jamaah haji tidak akan bertahan di luar padahal 80 persen kegiatan ibadah haji dilaksanakan di luar ruangan,” jelasnya.

Fachruddin menjelaskan bahwa di Arab Saudi, kebutuhan air untuk berbagai keperluan didapatkan melalui proses salinasi air laut. “Seperempat pendapatan mereka digunakan untuk memperoleh air bersih. Harganya sangat mahal. Proses salinasi air juga menggunakan bahan bakar karbon karena menggunakan minyak. Jadi, secara kiasan, setiap jumlah karbon yang digunakan harus digantikan dengan menanam pohon,” tambahnya.

Selain Ketua PPI UNAS Dr. Fachruddin, pembicara lain yang diundang adalah Peneliti di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta, Dodi Darmadi, Anggota Dewan Kehormatan Himpuh (Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji), HB Tamam Ali, dan Figur Publik yang juga Miss Eco Indonesia, Intan Wismi Permatasari.

Peneliti Pusat Pengkajian Islam & Masyarakat UIN Jakarta, Dodi Darmadi, menyatakan bahwa isu lingkungan masih menjadi masalah saat pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Ia mengutip pendapat sastrawan Haji Danarto yang menulis buku “Orang Jawa Naik Haji” pada tahun 1982, yang mencatat masih banyak jamaah haji yang membuang sampah saat melaksanakan ibadah haji.

Dadi menambahkan bahwa peningkatan jumlah sampah saat musim haji disebabkan oleh kebiasaan para jamaah haji yang membuang sisa makanan yang tidak habis. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan perlu ditingkatkan dan disampaikan dalam rangka Manasik Haji.

Tamam Ali, anggota Dewan Kehormatan Himpunan Penyelenggaraan Umrah dan Haji, menjelaskan bahwa gerakan ramah lingkungan dalam proses ibadah haji sangat penting. Jumlah jamaah haji asal Indonesia merupakan yang terbanyak ketiga di dunia setelah Pakistan dan Mesir. Tamam mengusulkan agar materi tentang pelestarian lingkungan juga disampaikan dalam Manasik Haji agar jamaah haji Indonesia dapat menjadi contoh yang menarik bagi yang lain.

Intan Wisni Permatasari, Miss Eco Indonesia, mengatakan bahwa menjaga lingkungan dapat dilakukan oleh jamaah haji melalui tindakan sehari-hari, seperti menghindari penggunaan plastik sekali pakai. Jika hal ini dilakukan dan dikampanyekan selama melaksanakan ibadah haji, jamaah Indonesia dapat menjadi contoh yang menarik bagi orang lain.

Setelah sesi pembicaraan ini, dilangsungkan Focus Group Discussion (FGD) yang memberikan kesempatan interaktif kepada para peserta yang hadir. Para peserta membagikan berbagai langkah dan masukan untuk menjaga pelestarian lingkungan berdasarkan pengalaman masing-masing.

Bagikan Artikel

Recent Posts

NEWS & EVENTS

Membumikan Perjanjian Al-Mizan

Para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan muslim baru saja melahirkan Perjanjian Al-Mizan. Upaya menjaga masa depan bumi dan peradaban. Koran Tempo, Senin, 18 Maret 2024

Read More »