LIMA TAHUN PERKEMBANGAN DEKLARASI UMAT ISLAM UNTUK PERUBAHAN IKLIM

ISLAMIC DECLARATION_rev

Jakarta-PPI UNAS. Deklarasi Umat Islam Untuk Perubahan Iklim Dunia dikeluarkan pada 18 Agustus 2015 di Turki. Bagaimana perkembangan, tantangan dan peluangnya? Mari simak hasil diskusinya.

Lima tahun yang lalu, tepatnya tanggal 18 Agustus 2015 di Angkara, Tuki, para ilmuwan, tokoh agama dan lingkungan serta organisasi kemasyarakatan Islam membuat deklarasi tentang perubahan iklim dunia.

Deklarasi ini menyerukan kepada seluruh pemimpin negara, perusahaan, organisasi kemasyarakat dan umat Islam untuk mengambil tanggung jawab dan melakukan aksi nyata dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

Sebab perubahan iklim telah menjadi fenomena global yang berdampak dan mempengaruhi seluruh kehidupan manusia di dunia, termasuk kehidupan 1,6 milyar penduduk muslim atau sekitar 20 persen dari total populasi manusia yang hidup di planet bumi.

Untuk membahas tentang perkembangan, tantangan serta peluang dari deklarasi umat Islam ini, Islamiccourse.org bersama dengan Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS), Rabu (10/06/2020) menyelenggarakan diskusi panel bersama empat tokoh penggagas deklarasi umat Islam. Mereka adalah Fazlun Khalid, Direktur Islamic Foundation for Economic and Ecology Sciences,  Inggris, Dr. Fachruddin Mangunjaya, Ketua Pusat Pengajian Islam, Universitas Nasional, Indonesia, Prof. Azizan Baharuddin, Direktur Jenderal Institut Kepahaman Islam Malaysia (IKIM), Malaysia, dan Prof. Ibrahim Ozdemir, Professor Universitas Ankara, Turki.

Fazlun Khalid
Fazlun Khalid

Mengawali diskusi Fazlun Khalid menyampaikan refleksinya bagaimana Kesepakatan Paris yang ditandatangani oleh  195 pemimpin negara di dunia Deklarasi Umat Islam untuk perubahan iklim telah menjadi sebuah momentum yang penting bagi peradaban manusia.

Perubahan iklim diakui sebagai sebuah fenomena global yang terjadi akibat kegiatan dan akvititas di bumi, dan memunculkan kesadaran bahwa semua orang mempunyai tanggung jawab sekaligus resiko dari dampak perubahan iklim.

“Kesepakatan Paris dan Deklarasi Umat Islam menjadi dasar untuk mengutakan upaya dan kerjasama untuk mengatasi perubahan iklim baik di tingkat lokal maupun global.” ujar Fazlun.

Namun pada saat yang bersamaan, juga terjadi peningkatan akvitias untuk semakin  mengeksploitasi sumber daya alam dan memukul mundur upaya dan pencapaian dalam mengatasi perubahan iklim.

Kebakaran hutan di Australia dan Brazil, badai siklon yang melanda kawasan Bangladesh dan India adalah diantara pukulan tersebut. Situasi ini, menurut Fazlun seharusnya menjadi peringatan yang penting agar umat Islam bersegera mengambil langkah nyata dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan ekonomi, sosial dan aspek kehidupan lainnya.

“Yang harus terjadi sekarang adalah sebuah perubahan. Perubahan dari sistem kapitalisme yang eksploitatif dan konsumerisme kepada sistem yang Islami seperti yang telah diperintahkan Allah SWT di dalam Al-qur’an dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.  Sistem kehidupan yang Islami tidak hanya  menyelamatkan umat Islam, tetapi juga seluruh kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya yang ada di dunia karena dirancang oleh Allah SWT, Tuhan yang menciptakan seluruh alam.” jelas Fazlun.

Prof. Datuk Dr. Azizan Baharuddin
Prof. Datuk Dr. Azizan Baharuddin

Menurut Prof. Azizan Baharuddin, cara hidup yang Islami sebetulnya bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan, karena semuanya telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana menterjemahkan ajaran tersebut kegiatan praktis. Sehingga umat Islam, mulai dari kalangan pemerintah hingga masyarakat awam dapat memahaminya dengan mudah.

Azazin menjelaskan, setelah menterjemahkan dokumen deklarasi ke dalam Bahasa Malaysia, Institut Kepahaman Islam Malaysia (IKIM) juga melakukan sejumlah program mulai dari pendekatan kepada pemerintah federal dan lembaga mufti di seluruh negara bagian, IKIM juga melakukan sejumlah program kajian dan studi mengenai Islam dan isu lingkungan dan perubahan iklim.

“Kami juga memanfaatkan berbagai jaringan media untuk menyebarluaskan  isi deklarasi ini dan bagaimana cara mempraktekkan. Itu sebabnya, membangun kerjasama, jaringan dan memanfaatkan media menjadi kebutuhan yang sangat penting.” Ujar Azizan.

Disamping itu, para ilmuwan Islam juga diharapkan bisa berbagai momentum yang ada seperti pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini sebagai  kesempatan untuk memberi pelajaran untuk menyampaikan pesan-pesan Islam mengenai perilaku manusia untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan dengan alam dan lingkungan di sekitarnya.

“Sekarang menjadi waktu yang tepat untuk mengajak umat mengaji sekaligus bertadabbur melihat dan membaca ayat-ayat Allah yang tersebar di alam.” jelas Azazin.

Prof. Ibrahim Ozdemir
Prof. Ibrahim Ozdemir

Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Ibrahim Ozdemir yang melihat semangat anak-anak muda di Turki untuk mempelajari nilai-nilai Islam dan lingkungan.

“Beberapa jurusan seperti Filsafat Lingkungan, Islam dan Ekologi kini mulai banyak diminati mahasiswa.” ujar Ozdemir.

Dengan posisinya posisinya dan pengalamannya sebagai pengajar di Universitas di Turki dan Jerman, Ozdemir banyak membuka jaringan untuk  mendorong mahasiswa di kedua negara untuk melakukan riset, kampanye dan advokasi terkait isu agama dan lingkungan.

Dr. Facgruddin Mangunjaya
Dr. Fachruddin Mangunjaya

Sementara di Indonesia, Dr Fachruddin Mangunjaya menyampaikan, para tokoh agama kini juga mulai membangun kerjasama dan jaringan komunikasi antara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan berbagai  lembaga pendidikan dan organisasi kemasyarakatan seperti Siaga Bumi yang menjadi forum untuk menyebarluaskan pengetahuan dan praktek-praktek tentang perlindungan alam. Gerakan ini juga mendukung MUI untuk mengeluarkan fatwa yang diharapkan akan menjadi rekomendasi atau masukan bagi pembuatan kebijakan pemerintah.

Diskusi ini kemudian menyimpulkan, meskipun tantangan dalam mengatasi dampak perubahan iklim kini semakin besar dan komplek, namun para ilmuwan dan akvitis lingkungan muslim  diharapkan bisa menjadi agen perubahan yang dapat membangun sistem kehidupan yang Islami dan menggantikan sistem global kapitalistik yang terjadi pada saat ini.

Umat Islam telah mempunyai buku petunjuknya berupa  Al-Qur’an dan Hadist. Yang dibutuhkan sekarang kerjasama untuk menterjemahkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan berbagi cerita-cerita baik dan pencapaian dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

 

Lihat juga Islamic Declaration on Global Climate Change

Rekaman video diskusi  di sini

Bagikan Artikel

Recent Posts

NEWS & EVENTS

Membumikan Perjanjian Al-Mizan

Para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan muslim baru saja melahirkan Perjanjian Al-Mizan. Upaya menjaga masa depan bumi dan peradaban. Koran Tempo, Senin, 18 Maret 2024

Read More »