Perjuangan Pemuka Agama dalam Mengatasi Krisis Iklim: Harapan dari Konferensi COP28

Para pembicara dalam sesi penjelasan dari Religion Media Centre menyatakan bahwa organisasi keagamaan memiliki peran penting dalam memajukan kemajuan terkait perubahan iklim. Menurut Rabbi Yonatan Neril, pendiri dan direktur saat ini dari Interfaith Centre for Sustainable Development yang berbasis di Yerusalem, diskusi yang tak berujung di pertemuan COP, di mana negara-negara berupaya melindungi dan memaksimalkan kepentingan nasional mereka, hanya memperburuk masalah ini dari tahun ke tahun.

“Bukan hanya masalah bahan bakar fosil dan dekarbonisasi,” ujarnya. “Ada sesuatu yang lebih dalam terjadi di Bumi, yaitu… bahwa krisis iklim memiliki akar yang lebih dalam, termasuk materialisme, keserakahan, pemikiran jangka pendek, dan menemukan kenikmatan serta kepuasan kita dalam dunia fisik.”

Faith Pavillion merupakan salah satu usaha untuk mengubah narasi terkait perubahan iklim. Dalam pertemuan ini, lebih dari 2.000 pemimpin agama menandatangani surat terbuka yang menyerukan perlunya penghentian penggunaan bahan bakar fosil.

Menurut Dr. Lorna Gold, CEO FaithInvest, paviliun tersebut berhasil memperlihatkan kolaborasi yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim. Namun, meskipun demikian, upaya pada Cop28 terkendala dengan kurangnya ambisi atau niat yang jelas dalam kesepakatan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara berurutan.

Pada akhir sesi, Dr. Doliwura Zakaria, ketua komite pengarah Forum Dialog Antariman Afrika Union Interfaith, menyatakan optimisme meskipun Cop28 belum mencapai kesepakatan yang diharapkan, menekankan pentingnya terus memperkuat usaha dalam memerangi perubahan iklim.

Berita ini ditulis berdasarkan wawancara dengan para pembicara pada acara Pusat Media Agama terkait Konferensi Cop28 yang berlangsung di Dubai.

Bagikan Artikel

Recent Posts

NEWS & EVENTS

Membumikan Perjanjian Al-Mizan

Para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan muslim baru saja melahirkan Perjanjian Al-Mizan. Upaya menjaga masa depan bumi dan peradaban. Koran Tempo, Senin, 18 Maret 2024

Read More »