Jakarta – Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS) melaksanakan kegiatan bedah buku yang berjudul Fikih Ekologi: Etika Pemanfaatan Lingkungan di Lereng Gunung Kelud pada tanggal 10 Maret 2023. Acara ini mengundang Abbas Shofwan Mathlail Fajar selaku penulis buku tersebut untuk menjadi narasumber.
Peserta kegiatan ini sangat antusias untuk menyimak, sebab terdapat kurang lebih 100 peserta yang hadir pada kegiatan ini.
Kegiatan ini dibuka oleh Fachruddin M. Mangunjaya selaku ketua PPI UNAS. Dalam sambutannya, Fachruddin menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan ketertarikan PPI UNAS untuk membahas fikih ekologi yang tergolong baru dalam pemikiran Islam.
“Kami di pusat pengajian Islam sangat tertarik dengan hal-hal yang kontemporer yang terkait dengan hal baru bagaimana umat Islam ataupun para sarjana Islam merespon dalam keterkaitan Islam dengan lingkungan hidup dan juga masalah-masalah terkini kita yang harus kita hadapi bersama di zaman modern ini. Bagaimana umat Islam meresponnya dan tentu saja yang sangat menarik karena inilah yang sekarang yang kita perlukan ya untuk menjawab tantangan zaman dimana terjadi krisis lingkungan yang harus kita sikapi bersama” pungkasnya.
Kegiatan ini dipandu oleh Hendra Maujana Saragih selaku sekretaris PPI UNAS. Dalam perkembangannya, kegiatan ini berjalan dengan khidmat dengan antusiasme peserta untuk menyimak. Tercatat, kurang lebih 100 peserta yang hadir pada kegiatan ini.
Abbas selaku narasumber menerangkan bahwa cikal bakal penulisan buku ialah kegelisahan masyarakat pasca erupsi di gunung Kelud pada tahun 2014. Permasalahan yang terjadi adalah eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran sehingga mengakibatkan kerusakan yang signifikan. Sehingga Abbas menempatkan permasalahan pada isu lingkungan di gunung Kelud.
Berita Terkait: Publikasi Pusat Pengajian Islam
“Terdapat empat problem yang saya catat pada buku ini. Pertama adalah tentang tentunya keindahan lereng Kelud tidak bisa hanya sekedar dilihat saja tentunya juga harus dipertahankan. Kedua ada pengelolaan bencana jadi masyarakat lereng Kelud mereka punya komunitas diantaranya ada jangkar Kelud Ada komunitas-komunitas seperti Kompas Alang yang mereka memang secara naluri mereka memiliki gunung ini. Yang ketiga bagaimana kita bersikap sebagai santri tentang hikayat mitos mitos di Kelud agar akhirnya kita semakin kuat tidak kepincut atau tergoda dengan mitos-mitos yang ada mahasiswa yang yang satu ini ditantang betul akidah kita. Terus yang terakhir adalah 2014 sebagaimana gunung-gunung Merapi gunung-gunung yang rata-rata masih aktif memiliki komoditi pasir yang melimpah sejatinya di Kediri ada dua akses untuk mendapatkan pasir dari Sungai Brantas dan juga dari lereng klub ketika Sungai Brantas sudah punah habis karena memang posisinya di tengah kota dan melewati area-area penting di wilayah Kediri kota sehingga apa perhatian dari pemerintah untuk mengurangi eksploitasi pasirnya” terangnya.
Lihat Juga: