PUASA, JALAN TASAWUF UNTUK MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH

Jakarta-PPI UNAS.  Selain sebagai makhluk yang memiliki bentuk fisik, manusia juga merupakan makhluk ruhani yang selalu mencari jalan untuk mendekatkan diri pada sumber ruhaninya yaitu sang Pencipta. Di dalam ajaran Islam, jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dikenal dengan istilah tasawuf, dan Allah SWT telah memberikan petunjuk yang nyata agar manusia bisa senantiasa dekat dengan diri-Nya. Jalan tersebut adalah berpuasa di bulan Ramadhan.

Sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah SAW  “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya, kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Allah adalah Dzat yang Maha Suci, dan hanya bisa didekatkan melalui jalan yang suci. Berpuasa adalah jalan untuk mensucikan diri dengan menahan rasa lapar, dahaga serta kemampuan menahan hawa nafsu yang sering kali mengotori fisik dan mental manusia.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, MA. dalam Kajian Ramadhan Series yang diselenggarakan oleh Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS) bersama moderator Muhammad Zulham, Jum’at (22/04/2022).

Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara

Tasawuf dan puasa memiliki hubungan yang sangat erat. Dimana tujuan dari tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.Untuk bisa sampai ke tujuan tersebut, maka seseorang harus mampu mengendalikan segala hawa nafsunya sehingga seluruh jiwa dan raganya menjadi bersih atau tazkiyah al-nafs

Mulyadhi menjelaskan, puasa sebetulnya merupakan cara untuk meniru sifat-sifat Allah, dimana Allah tidak makan dan tidak minum. Puasa menjadi alat untuk menguji batas kekuatan fisik manusia terhadap kekuatan ruhaninya, dengan cara pengosongan diri  baik yang bersifat material seperti makan dan minum, dan non-material seperti emosi, dan hawa nafsu, sehingga dirinya bisa benar-benar hadir dan dekat kepada Allah yang maha suci.

“Jalaluddin Rumi mengibaratkan puasanya seorang sufi itu seperti seruling yang kosong, sehingga ketika ditiup bisa mengeluarkan bunyi yang jernih dan merdu.” jelas Mulyadhi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk bisa mencapai pada pengendalian diri yang sempurna ada tiga tahapan yang harus dilakukan. Pertama dengan cara mengosongkan atau membersihkan diri. Setelah itu, menghiasi diri dengan perbuatan dan karakter yang terpuji. Dan yang terakhir adalah memancarkan atau mewujudkan sifat-sifat terpuji tersebut dalam perilaku sehari-hari.

Kehidupan dan perilaku Rasulullah SAW, jelasnya, adalah contoh terbaik dari kehidupan seorang sufi (orang yang menjalankan cara hidup Tasawuf). Dan lebih hebatnya, meski sudah mendapatkan jaminan serta balasan cinta dari Allah, beliau tetap menjalankan ritual ibadah, seperti berpuasa, sholat dan bersedekah sebagai bentuk terima kasih atas cinta yang Allah telah berikan kepada dirinya.

Di penghujung kajian, doktor lulusan Universitas Chicago ini  juga memberikan lima tips bagi pemirsa untuk menjaga hati yang bersih agar selalu dekat kepada Allah.

Pertama, selalu bersyukur atas nikmat Allah. Bersyukur karena selalu merasa diperhatikan oleh Allah dan diberikan anugerah yang sangat besar, mulai dari hal-hal yang sederhana seperti nikmat udara untuk bernafas, dan berbagai nikmat lainnya yang tidak bisa dihitung jumlahnya.

Kedua, bersikap optimis terhadap masa depan. Memiliki keyakinan bahwa sebagai manusia Allah memberikan potensi dan kemampuan untuk bertahan dalam hidup. Dengan mengenali potensi diri akan menjadi jendela untuk  pintu-pintu rejeki dan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Ketiga, selalu berbaik sangka kepada manusia dan Allah karena berbaik sangka adalah obat untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan diri.

Keempat, beramal semata-mata untuk Allah. Amal yang ikhlas menjauhkan kita dari persoalan, dan Allah akan menggantinya dengan cara yang tidak disangka-sangka.

Kelima, selalu berbuat baik kepada sesama manusia, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada diri kita.

BERITA TERKAIT:

Bagikan Artikel

Recent Posts

NEWS & EVENTS

Membumikan Perjanjian Al-Mizan

Para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan muslim baru saja melahirkan Perjanjian Al-Mizan. Upaya menjaga masa depan bumi dan peradaban. Koran Tempo, Senin, 18 Maret 2024

Read More »