Padang (UNAS) – Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang menggelar Dialog Budaya dan Kemerdekaan dengan tema “Spiritualitas dan Konservasi Harimau Sumatra” di Gedung J, Kampus III Sungai Bangek, Kamis (28/8). Kegiatan ini turut menghadirkan Dekan Fakultas Biologi dan Pertanian (FBP) sekaligus Ketua Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS), Dr. Fachruddin Mangunjaya, M.Si.
Dalam dialog tersebut, Dr. Fachruddin menekankan pentingnya peta jalan konservasi yang mengintegrasikan nilai agama dan spiritualitas. Menurutnya, ajaran agama memiliki peran strategis dalam menumbuhkan kesadaran ekologis di tengah masyarakat.
“Konservasi Harimau Sumatera bukan sekadar isu ekologi, tetapi juga berkaitan erat dengan budaya, spiritualitas, dan identitas masyarakat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa UNAS siap berkolaborasi dengan UIN Imam Bonjol Padang dalam upaya pelestarian harimau Sumatera yang masih bertahan di hutan-hutan Sumatera.
“Kalau kita lindungi harimau, maka satwa lain juga ikut terlindungi, karena harimau adalah raja hutan. Harimau adalah bendera sekaligus penyelamat hutan. Jika ada harimau di suatu hutan, maka radius beberapa kilometer di sekitarnya akan terjaga kelestariannya,” jelasnya.
Baca juga: PPI UNAS komitmen dukung pelestarian satwa liar di Kalbar
Ia juga mengingatkan bahwa harimau di Jawa dan Bali telah punah, sementara satu-satunya populasi yang masih bertahan hanya di Sumatera. Oleh karena itu, faktor keberlangsungan harimau Sumatera perlu dipelajari lebih dalam.
Selain itu, Dr. Fachruddin menyoroti kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang memiliki tradisi unik dalam memperlakukan harimau atau yang disebut inyiak. Menurutnya, terdapat etika khusus saat memasuki hutan dengan memberikan salam kepada inyiak. Bahkan, jika harimau masuk kampung, hewan tersebut tidak diburu, melainkan dibawa ke sidang adat.
“Di Minangkabau ada kearifan lokal yang tidak dimiliki daerah lain, yakni etika khusus terhadap inyiak. Jika harimau masuk kampung, ia tidak diburu, melainkan dibawa ke sidang adat dan dianggap sebagai pertanda bencana,” tuturnya.
Melalui kerja sama ini, ia berharap dapat memberikan kontribusi positif bagi pelestarian harimau Sumatera. “Jika harimau hidup di hutan, maka komunitas binatang lainnya juga akan lestari, karena di sana ada rajanya,” tambahnya.
Sebagai penutup, kegiatan dialog budaya ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara UIN Imam Bonjol Padang dengan Universitas Nasional dalam bidang pelestarian lingkungan dan konservasi satwa.
Selain itu, pada 1 September juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara Fakultas Biologi dan Pertanian UNAS dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas di Ruang Rapat MIPA UNAND. Kerjasama ini dilakukan bersama Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional. (TIN-TM)
Berita lain: Riset Harimau Sumatera di Solok dan Solok Selatan