Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai keyakinan agama, spiritualitas, kearifan adat dan budaya daerah yang kaya dapat berbagi pengetahuan dan best practice untuk menularkan cara praktis hidup harmonis bersama alam.
Kami yakin kearifan lokal yang muncul dari pembelajaran khasanah pengetahuan yang terwariskan dan dapat menjaga alam dengan dengan cara otentik, dapat membantu pelestarian alam secara signifikan. Bersama para tokoh, agama (Islam), tokoh adat, akademisi dan peneliti konservasi berbasis budaya dan spiritualitas, kami berhasil membuat Visi Peta Jalan (LIHAT: Common Vision Map, Indonesia, English), untuk memberikan sumbangan pada pengembangan pendekatan konservasi harimau dan habitatnya berbasis budaya.

Dalam upaya ini, maka riset terhadap khasanah pengetahuan, tradisi dan budaya menjadi sangat penting guna memahami dan memperkuat implementasi agar Masyarakat di Tingkat akar rumput dapat hidup harmonis dengan alam.
Beberapa riset terdahulu berbasis agama, budaya dan kearifan lokal:
Lubuk Larangan : Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berkelanjutan
Pendekatan kearifan lokal, nilai agama dan konservasi:
Nilai nilai tradisi dan dan kearifan lokal dapat menjadi modalitas penting yang belum banyak diketahui ternyata menjadi penentu untuk dapat saling menjaga dan hidup harmonis dengan satwa liar seperti harimau. Riset kami sebelumnya mengusung tentangn apakah toleransi terhadap harimau mampu mengurangi konfik, sudah dilakukan pada tahun 2017, LIHAT: Riset toleransi terhadap harimau di Sumatra
Kami menjumpai lestarinya satwa liar, juga ditentukan oleh upaya ajaran agama (nilai -nilai religious) yan dapat membantu konservasi jauh sebelum lembaga lembaga konservasi alam didirikan.
Ajaran untuk tidak mengkonsumsi (haram) kemudian mampu berkontribusi bagi lestarinya sekitar 627 spesies yang hidup di hutan Indonesia–dari empat ordo primata, karnivora, reptil, dan amfibi—yang semuanya dilarang untuk dikonsumsi.
Dalam skema itulah, PPI Unas mendorong bahwa ajaran agama atau faith base conservation aproach dapat menjadi sebuah keniscayaan, karena kepercayaan itu melekat dalam praktek masyarakat sehari hari. Untuk itu kami membuat conservation faith base awareness approach tools. yang kami yakin dapat membantu akselerasi pemahaman konservasi di tingkat akar rumput.