Konservasi Melalui Agama dan Budaya: Harimau dan Spritualitas Masyarakat Sumatra

Pendekatan konservasi dapat dilakukan melalui aspek budaya dan spiritual dan agama. Harimau dihormati sebagai sahabat, dan bahkan ada harimau yang belajar agama. Begitu keyakinan masyarakat di Sumatra Barat

Padang (24 Oktober 2024) – Harimau memiliki tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat Sumatra, khususnya Suku Minangkabau di Sumatra Barat. Tidak hanya  harimau sebagai bagian dari ekosistem  dan spesies kharismatik, tetapi juga sebagai makhluk yang dihormati secara spiritual dan budaya. Sebuah penelitian kolaboratif bertajuk “Understanding Spiritual & Cultural Perspectives on Tigers and Conservation in Batanghari, Sumatra Indonesia” yang risetnya di ketuai oleh Dr Fachruddin Mangunjaya, dosen Fakultas Biologi dan Pertanian (FBP) UNAS. Riset ini mengungkapkan, kedekatan mendalam antara harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) dan masyarakat Sumatra di Sumatra Barat.

Fachruddin Mangunjaya, menjelaskan kehadiran agama dan budaya sangat penting dipelajari, kerena masyarakat adat Indonesia telah lama hidup harmonis dengan alam. “Selain itu, daerah jelajah harimau yang luas, ratusan kilometer, mengharuskan kita melakukan pendekatan yang tidak biasa. Kawasan konservasi sangat terbatas, dan penjagapun terbatas,” tambahnya. Dia mengutif ahli bahwa 70 persen kawasan jelajah harimau berada di luar kawasan konservasi. “ Maka harus ada pendekatan keyakinan dan kultural yang menghargai mereka, imbuhnya.

Penelitian dilakukan di Nagari Sungai Abu,  Sarik Alahan Tigo, Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Selain itu, juga di Nagari Lubuk Gadang, Sangir Kabupaten  Solok Selatan dan Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat.

Penelitian ini mengungkap bahwa harimau tidak hanya dipandang sebagai binatang liar, tetapi juga sebagai entitas yang memiliki nilai spiritual yang tinggi. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, penelitian tersebut mengidentifikasi tiga peran utama harimau: sebagai hewan biasa yang dihormati dengan gelar seperti “Datuk” atau “Inyiak”; sebagai inspirasi dalam pengembangan seni bela diri pencak silat dan keterampilan mental; serta sebagai entitas spiritual yang dianggap memiliki kekuatan ilahi atau sebagai warisan roh leluhur.

Upacara pemberian makan telur pada harimau, tanda kekerabatan

Kepercayaan masyarakat lokal mengungkap bahwa harimau sering kali dipercaya sebagai penunjuk arah bagi mereka yang tersesat di hutan. Para informan yang diwawancarai dalam penelitian ini menceritakan bahwa saat tersesat, mereka bisa meminta bantuan kepada “datuk” agar diberikan petunjuk jalan. Harimau akan membantu dengan berbagai cara, seperti mematahkan ranting di sepanjang jalan yang harus ditempuh, atau bahkan menampakkan diri dan berbicara untuk menunjukkan arah. Tidak jarang juga diyakini bahwa harimau tersebut adalah manifestasi spiritual, baik dari jin maupun makhluk ilahi, yang datang untuk membantu.

 Harimau belajar agama

Selain perannya sebagai penolong, harimau dalam konteks spiritual juga memiliki peran lain. Di banyak komunitas, terutama di Sumatra Barat, harimau dikisahkan sering datang kepada ulama untuk belajar agama. Kisah ini sejalan dengan tradisi Islam yang menganggap jin juga makhluk Allah yang memerlukan pengetahuan agama.

Di daerah penelitian, dua ulama terkenal, Sheikh Mansyur dan Sheikh Syafi’i, dikenal memiliki “murid” dari kalangan harimau, yang datang pada malam-malam tertentu untuk menimba ilmu agama. Keyakinan ini membawa kedekatan dan penghormatan pada sosok harimau, bukan hanya satwa yang kharismatik, tetapi mendapatkan status harimau yang luar biasa.

Penelitian ini juga menyoroti bagaimana harmoni antara manusia dan harimau telah terjalin selama berabad-abad. Namun, dalam beberapa kasus, ada pelanggaran yang dilakukan oleh harimau, seperti menyerang manusia yang tidak bersalah. Dalam cerita ini, pawang harimau atau shaman dipanggil untuk memanggil harimau tersebut dan meminta pertanggungjawaban. Dengan kekuatan spiritualnya, pawang menggunakan “ilmu rindu” untuk memanggil harimau, yang didesak oleh roh harimau lainnya untuk datang dan menjawab panggilan. Harimau yang melanggar aturan tersebut kemudian menerima hukuman berat.

Penelitian ini merekomendasikan agar hubungan spiritual dan budaya yang telah terjalin antara masyarakat Sumatra dan harimau dapat terus dijaga dan diperkuat, terutama dalam konteks konservasi.

Pemulihan habitat yang rusak, penguatan pengetahuan spiritual, serta manfaat konservasi bagi komunitas lokal harus menjadi prioritas. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian harimau, konservasi diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Kisah-kisah ini tidak hanya menunjukkan kedekatan antara manusia dan harimau dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bagaimana harimau menjadi bagian integral dari spiritualitas dan budaya masyarakat Sumatra. Upaya konservasi yang memperhatikan aspek-aspek ini akan lebih diterima dan memiliki dampak jangka panjang yang positif.

Oleh Mohammad Fathi Royyani,
Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, BRIN

Sumber laporan: Mangunjaya, F.M,.Royyani,M.F., F. Widodo, M. Zulham, Nursamsu & H. Ferdian (2024). Understanding Spiritual & Cultural Perspectives on Tigers and Conservation in Batanghari, Sumatra Indonesia.  October 2024. Project-Report, Number: 40002264-403158. WWF-UK.

Bagikan Artikel

Recent Posts

AGENDA

Green Islam

Program Kajian Pemikiran Islam (KPI) kembali hadir dengan tema besar “Green Islam” yang berlangsung setiap Sabtu dari 7 September hingga 14 Desember 2024. Program ini

Read More »