Oleh Amanda Katili Niode, PhD (Sumber: Watyutink.com)
Kota Jeddah menjadi tuan rumah Hajj Hackathon di awal Agustus ini. Selama 36 jam para inovator dan wirausahawan berkompetisi mengembangkan solusi teknologi yang dapat merampingkan proses guna menyamankan 3 juta Tamu Allah dari segenap penjuru, sebanyak 221 ribu dari Indonesia.
Hajj Hackathon diharapkan dapat menjaring solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan terkait ibadah haji seperti makanan dan minuman, pengaturan transportasi dan akomodasi, komunikasi, manajemen keramaian dan pengawasan lalu lintas, serta penanganan limbah.
Selama musim haji 10.000 ton sampah datang dari Kota Mekah, belum lagi dari Jeddah, Madinah, Mina, Muzdalifah, dan Arafah. Sekitar 100 juta botol plastik dibuang, ditambah lagi dengan kantong-kantong plastik dan limbah makanan tersisa maupun dari 2,5 juta hewan kurban.
Sebagai perbandingan, sampah Kota Jakarta berkisar di 7.000 ton per hari. Dampak lingkungan terbesar musim haji adalah akibat penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi udara para jamaah yang datang dari seluruh dunia serta hampir 20 ribu bus yang mengarungi jalanan macet di gurun pasir. Penggunaan bahan bakar ini mengeluarkan karbon dioksida, gas rumah kaca penyebab pemanasan global yang memicu perubahan iklim.
Kereta Haramain Express yang menghubungkan Mekah dan Madinah, rencananya diluncurkan tahun ini, memangkas waktu perjalanan yang biasanya ditempuh dengan bus selama 6 jam menjadi hanya 2,5 jam, sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang cukup besar.Perhatian terhadap masalah lingkungan di musim haji mulai meningkat ketika di tahun 2011 Dr. Husna Ahmad OBE, seorang pakar, penulis dan pemikir di bidang Keimanan dan Lingkungan Hidup dari Inggris, menyusun sebuah panduan berjudul Green Guide for Hajj.
Edisi Bahasa Indonesia, diterbitkan dengan tambahan informasi dari Dr. Fachruddin Mangunjaya, Ketua Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional di Jakarta, berjudul “Haji Ramah Lingkungan, Bagaimana Peserta Haji dan Umrah dapat Berkontribusi Melestarikan Lingkungan?”Panduan ini menyajikan cara sederhana menjalankan ibadah haji yang peduli lingkungan, misalnya dengan menggunakan produk dan jasa yang ramah kepada alam, mengurangi limbah dan konsumsi, serta bergaya hidup ramah terhadap bumi setelah kembali ke Tanah Air.
Dr. Husna Ahmad dan Dr. Fachruddin Mangunjaya juga mengembangkan app Green Hajj Indonesia yang mudah diakses melalui ponsel pintar sehingga informasi dapat diperoleh setiap saat dengan lebih praktis. Upaya jemaah haji untuk menjaga agar planet bumi tidak lebih kritis dapat dilakukan dengan menghemat air, termasuk air zamzam.
Di musim haji tahun lalu, seperti dilaporkan oleh Arab News, United Zamzam Office mendistribusikan 14 juta liter air zamzam, setara dengan 2800 truk tangki air berisi 5000 liter. Ikhtiar lain, termasuk membeli barang-barang yang ramah lingkungan maupun produk organik yang diperdagangkan secara jujur. Juga tidak menggunakan kantong plastik dan botol minuman sekali pakai.
Maskapai dan biro perjalanan yang dipilih jamaah harus mengambil sikap dalam mengurangi dampak perjalanan haji.Hajj Hackaton di kota Jeddah memang penting untuk mencari solusi permasalahan lingkungan di musim haji. Namun yang lebih penting lagi seperti kata Dr. Husna Ahmad, penulis Green Guide for the Hajj, adalah mencamkan bahwa ibadah haji merupakan waktu untuk merangkul kebiasaan baik dan merenungkan kembali perilaku moral jamaah terhadap lingkungan hidup.
SUMBER:
Menghijaukan Musim Haji ala Hajj Hackathon