Pontianak (30/10). Kasus perdagangan satwa liar di Kalimantan Barat mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun. Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, tercatat 3.600 ekor satwa liar keluar Kalimantan Barat setiap tahun, termamsuk jenis burung. Pada 2023, perdagangan online burung sebanyak 3.262 ekor/tahun, 515 ekor jenis burung dilindungi.
Atas keperihatinan tersebut, BKSDA Kalimantan Barat yang berkolaborasi dengan Yayasan Planet Indonesia (YPI) dan Pusat Pengajian Islam (PPI) Universitas Nasional menggelar acara NGOSAN (Ngobrol Santai) di Hotel Mercure, Pontianak pada 29/10/2024. Tema yang diusung dalam acara ini yaitu Penguatan Multipihak dalam Perlindungan dan Peredaran Satwa Liar di Kalimantan Barat.
Menurut Kepala BKSDA Kalbar, RM Wiwied Widodo,”NgoSan ini diharapkan menjadi langkah konkret untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pemuka agama, jasa ekspedisi, komunitas pecinta burung, dalam melestarikan satwa liar, khususnya burung berkicau yang ada di wilayah Kalimantan Barat.
“Jenis-jenis sangat terancam punah dan endemik di Kalbar seperti biawak kalimantan (L. borneensis), kantung semar (Nephentes clipeata), dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) berhasil diselamatkan dalam kasus perdagangan satwa ilegal. Selain itu, penting juga dilakukan riset -riset biopropeksi kedepannya agar pemanfaatan keanekaragaman hayati di Kalbar bisa di kelola dengan bijak,” imbuhnya.
Baca juga: Peran Masu’liah Da’i dalam Konservasi di Indonesia
Dr. Fachruddin Mangunjaya dari PPI UNAS menyampaikan paparannya mengenai perlindungan tumbuhan dan hewan dalam pandangn Islam.
“Sangat penting melihat nilai Islami dan etika terhadap satwa dalam pencegahan perdagangan ilegal satwa karena memiliki dampak negatif bagi manusia. Keberadaan satwa langka yang ada di Kalbar menjadi milik masyarakat dunia, karena itu perlu dilestarikan untuk generasi masa depan dan pemanfaatan yang berkelanjutan,” lanjutnya.
Harapan dalam kolaborasi multipihak ini berupa tindak lanjut secara konkret dengan adanya komitmen bersama sebagai upaya penyadaran dan pengawasan memberantas perdagangan satwa liar di Kalimantan Barat melalui terbentuknya Forum Komunikasi Bersama.
Peran Dai Konservasi di Kalbar
PPI UNAS melatih para Da’i masjid di Kalimantan Barat pada tahun 2020 – 2022 sebanyak 27 da’i yang ada di kota Pontianak dan Kubu Raya. Para da’i dibekali materi konservasi dan etika Islam terhadap satwa serta melakukan kunjungan lapangan ke Pusat Rehabilitasi Burung Berkicau di Wak Gatak. Para da’i secara sukarela melakukan dakwah-dakwah melalui khutbah jumat dan majelis ta’lim di wilayah masing-masing. Selain itu, adanya riset bersama ke komunitas burung berkicau, dan kampanye spanduk melalui masjid serta siaran radio dalam aksinya.
Semoga upaya bersama ini dapat menjadi kolaborasi yang memiliki dampak baik bagi kelestarian satwa liar di Kalimantan Barat, khususnya burung berkicau. ™
Berita terkait: PPI UNAS Gelar Lokalatih Dai di Kalbar