Jakarta, PPI-UNAS. Risiko virus corona akan semakin tinggi kalau manusia tidak bersegera untuk memperbaiki cara hidupnya. Cara hidup yang lebih bersahabat dan seimbang dengan alam.
Para ilmuwan di Vietnam berhasil membuktikan bahwa penyakit Covid-19 terjadi karena berpindahnya Virus Corona di dalam tubuh hewan liar ke tubuh manusia.
Hasil penelitian yang diterbitkan pada Agustus 2020, menunjukkan bahwa risiko infeksi Virus Corona terjadi di semua rantai pasok hewan liar, mulai dari habitat asli di alam, pedagang, pasar hewan, dan restoran dimana hewan-hewan tersebut diperjualbelikan, sehingga terjadi interaksi antara manusia dengan hewan-hewan tersebut yang menyebabkan infeksi.
Di dunia kedokteran, Virus Corina dikenal sebagai virus yang menyebabkan penyakit pada manusia yang ditularkan dari hewan seperti SARS (unggas), MERS (unta) dan Covid-19, yang ditularkan melalui kelelawar dan trenggiling.
Lihat: Kampanye Penyadaran Umat Islam tidak Memperdagangkan Satwa Illegal
Corona secara alami menyebar di kerajaan hewan dengan jenisnya yang beragam. Virus ini dapat menginfeksi kelelawar, hewan pengerat, burung, ataupun binatang ternak lain seperti sapi dan babi.
Bagi kalangan medis, penelitian bagaimana virus ini pertama kali kontak dan sampai ke manusia sangatlah penting. Untuk mencegah terjadinya panyebaran penyakit yang lebih luas di masa mendatang.
Penelitian di Vietnam yang dipimpin oleh Nguyen Quyhn Huong dan Nguyen Thi Thanh Nga bersama Amanda Fine dan Sarah Olson dari Wildlife Conservation di New York dilakukan dengan menguji virus vorona pada tikus tanah di seluruh rantai pasok hewan liar di Vietnam. Mereka menemukan pada setiap titik rantai tersebut tingkat infeksi meningkat hingga 1,5 kali lipat.
Kenaikan ini mungkin terlihat tidak terlalu tinggi, namun jika dilakukan penelusuran secara detil akan terjadi peningkatan yang cukup tajam. Di tingkat pedagang naik sebesar 20.7%, di pasar hewan naik 32%, dan restoran naik hingga 55.6%.
Lihat juga webinar: Diskusi Covid-19 dan Lingkungan Hidup
Tim ini juga menemukan bahwa sekitar 75% dari kelelawar yang diternak di Guano (kandang yang dibangun untuk kelelar bertengger sehingga orang bisa mengumpulkan kotoran dan dijual sebagai pupuk) terinfeksi Virus Corona. Ini lebih 10 kali lebih tinggi dari tingkat infeksi kelelawar yang bertengger secara secara alami di alam.
Hasil penelitian ini menjadi temuan yang kritis untuk memahami bagaimana Virus Corona bisa menginfeksi orang-orang di desa dan kota. Peluang virus tersebut dapat berpindah dari hewan ke manusia karena banyaknya kontak langsung hewan tersebut atau karena banyaknya manusia yang berada dalam lingkungan hewan tersebut.
Di pasar atau restoran, hewan-hewan yang terinfeksi ini juga sering ditempatkan di kandang yang tertutup bersamaan dengan hewan jenis lainnya sehingga memungkinkan terjadi perpindahkan virus.
PESAN ULAMA
Tahukah sobat? Kalau 5 November adalah Hari Cinta Puspa Satwa Nasional. Ini penting loh, karena Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki aneka ragam jenis puspa dan satwa. Yuk jaga kekayaan ini seperti pesan dari @MUIPusat untuk lindungi satwa langka. pic.twitter.com/Ny3bgqFrIn
— PPI-UNAS (@ppi_unas) November 5, 2020
Penelitian ini juga menemukan secara langsung bagaimana tikus dan landak di peternakan dan pasar hewan terinfeksi Virus Corona dari kelelawar dan burung.
“Penelitian ini merupakan pelajaran yang sangat berharga mengenai pentingnya kesehatan masyarakat. Karena banyak telah banyak wabah besar yang terjadi pada manusia yang disebabkan oleh Virus Corona yang melonjak secara tajam” ujar Marc Valitutto dokter hewan dari EcoHealth Alliance, sebuah organisasi yang bekerja untuk penyakit menular di kawasan Asia Tenggara dan China.
Disadur dari Mongabay.com. 3 Desember 2020
Sumber : Mongabay.com
Bagi umat Islam, penelitian ini bisa memberikan beberapa pelajaran penting diantaranya:
- Mengikuti sunnah Rasulullah untuk mengkonsumsi makanan dari hewan yang dihalalkan dan baik, dan menghindari memakan hewan yang diharamkan seperti binatang pengerat, bertaring dan menjijikkan.
- Menjaga menjaga kawasan alami satwa liat untuk keseimbangan alam. Kelelawar misalnya adalah hewan yang berperan untuk membantu penyerbukan untuk buah duren, rambutan, dan pete.
- Mengikuti himbauan Fatwa MUI No.4 Tahun 2014 untuk tidak melakukan perdagangan ilegal hewan liar yang dilindungi, seperti trenggiling. Selain untuk mencegah kerusakan lingkungan, Trenggiling termasuk hewan yang dilindungi dan hampir punah. Di dunia ini hanya ada 8 jenis trenggiling, 4 jenis berada di benua Afrika dan 4 jenis lainnya ada di Asia, salah satunya di Indonesia.
- Selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat, seperti membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun pada tiga waktu penting (sebelum memasak, sebelum makan, dan sesudah buang air), memakai masker, dan menjaga jarak.
Artikel Terkait: