Tiru Kasih Sayang Allah Dalam Menjaga dan Merawat Bumi

nasaruddin

Jakarta-PPI Unas.  Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah SWT yang memiliki mandat untuk menjaga sistem kehidupan di muka bumi. Namun sayangnya, kebanyakan manusia tidak memahami amanat tersebut, dan malah  melakukan kerusakan. Sementara Allah sendiri menyatakan dirinya sebagai Rabbul ‘Alamin yaitu Tuhan yang memiliki sifat kasih sayang terhadap alam semesta.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan hal ini saat membuka diskusi buku Generasi Terakhir: Aktivisme Dunia Muslim Mencegah Perubahan Iklim dan Kepunahan Lingkungan Hidup, karya Dr. Fachruddin Mangunjaya, yang diselenggarakan oleh Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-Unas), Badan Pengelola Masjid Istiqlal dan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Kamis (23/09/2021).

Nasaruddin menjelaskan, dalam pembukaan surat Al-Fatihah Allah menggunakan kata “Rabb” yang menggambarkan dirinya sebagai Tuhan dengan yang sifat feminin, penuh dengan kasih sayang, menjaga dan merawat. Dia tidak menggunakan kata “Illah” yang menunjukkan sifat kejantanan sebagai  Tuhan yang berkuasa, dengan kekuatan keras dan diktator. Oleh karena itu, dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, umat Islam seharusnya bisa meniru dan memiliki sifat Allah tersebut. Apalagi kalimat ini selalu diucapkan dalam sholat ataupun saat mendapat kebaikan dan kebahagiaan.

“Manusia adalah  satu-satunya wakil Allah yang mempunyai wewenang untuk menentukan kelangsungan sistem kehidupan di alam. Jika manusia rakus dan semena-semana makan kehidupan di bumi akan segera hancur. Namun jika manusia mampu merawatnya maka kehidupan akan semakin panjang.  Allah sendiri sudah menegaskan, jika manusia berbuat kerusakan, maka manusia sendiri yang akan merasakan dampak dan akibatnya. Dan Dia tidak menyukai orang-orang suka berbuat kerusakan.” jelas Nasaruddin.

Hal senada juga disampaikan oleh Heri Wibowo Sekretaris Eksekutif Hubungan antar Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang menyampaikan seruan “Laudato Si” yang disampaikan Paus Fransiskus di tahun 2015. Laudato Si yang berarti “Puji Bagi-Mu” menyerukan kepada umat Katolik untuk bersegera mencegah dampak perubahahan iklim yang semakin memburuk.

Dalam seruan ini, kata Heri, Paus mengingatkan bumi adalah ibu bagi semua umat. Bumi telah menyediakan  segala kebutuhan bagi seluruh makhluk hidup. Namun saat ini bumi tengah mengalami kesakitan akibat perilaku konsumtif kehidupan modern yang mendorong eksploitasi dan pembangunan tanpa kendali, sementara itu polusi dan pencemaran terjadi dimana-mana.

“Kita seperti memperkosa ibu sendiri dan menjadikannnya tempat sampah yang besar. Itu sebabnya dialog antar umat beragama menjadi sangat penting untuk mengingatkan kembali hakikat dari keberadaan manusia di bumi.” kata Heri.

fachruddin

Menurut Ketua Pusat Pengajian Islam Fachruddin Mangunjaya, perubahan iklim merupakan tantangan terbesar yang dialami seluruh umat manusia, termasuk 1,8 milyar penduduk muslim di seluruh dunia. Upaya mengatasi membutuhkan dukungan dan peran semua pihak, termasuk kelompok umat beragama. Perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi kehidupan ekonomi dan sosial saja, tetapi juga kehidupan spiritual.

“Banyak masyarakat di negara-negara muslim kini mengalami penderitaan akibat perubahan iklim. Masjid dan rumah-rumah mereka terendam banjir atau rusak karena naiknya permukaan air laut.” kata Fachruddin.

Di tahun 2015, dia bersama sejumlah ilmuwan dari negara muslim telah mengeluarkan “Deklarasi Islam untuk Perubahan Iklim Global” sebagai seruan moral bagi umat Islam. Deklarasi ini juga mendorong aksi-aksi lainnya baik di tingkat global seperti pembentukan Piagam Al- Mizan yang dilaksanakan oleh Badan PBB Program Lingkungan (UNEP) dan di tingkat lokal seperti pengembangan program ekopesantren dan ecomasjid.

Lihat 

Deklarasi Umat Islam Untuk Perubahan Iklim

Pentingnya agama

Lima Tahun Deklarasi Umat Islam Untuk Perubahan Iklim

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel

Recent Posts

NEWS & EVENTS

Membumikan Perjanjian Al-Mizan

Para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan muslim baru saja melahirkan Perjanjian Al-Mizan. Upaya menjaga masa depan bumi dan peradaban. Koran Tempo, Senin, 18 Maret 2024

Read More »